MAU FRIED CHICKEN - JUARA 1 LOMBA CERPEN

Oleh Eureka | 19 Apr, 2024 |
1555
IMG-BLOG
19 04 2024

Di sebuah Kota Metropolitan, kemacetan lalu lintas menjadi pemandangan biasa bagi Pak Udin. Lelaki bertubuh kurus dan berkulit hitam itu setiap hari menelusuri jalanan bersama gerobaknya. Langkah kakinya berhenti, setiap kali melihat tempat sampah. Ia mencari barang rongsok seperti botol, kaleng, ember plastik pecah, koran, dan barang bekas lainnya. Tidak jarang, kakinya terluka akibat terkena pecahan beling di jalan. Sendal yang ia pakai tidak dapat melindungi kakinya. Maklum saja, sendal semata wayang itu sudah cacat disetiap sudut, dan sudah layak diwafatkan tapi masih saja dipakai. Jangankan untuk membeli sendal, baju dan celana yang ia miliki juga hanya beberapa pasang, dengan dasar kain yang sudah sobek disana sini.

Pak Udin setiap hari selalu berangkat pagi, dan pulang hingga larut malam. Tidak lupa sebelum pulang, ia menukarkan barang bekas tersebut dengan rupiah di tempat pengepul rongsokan yang tidak jauh dari kediamannya. Penghasilan pria berusia 45 tahun itu jarang mencapai puluhan ribu per hari. Uang yang didapat selalu ia berikan kepada istrinya untuk kebutuhan makan sehari-hari, bagi keluarga kecil yang telah dikaruniai dua buah hati. Azam, nama anak pertama Pak Udin sudah berusia 10 tahun, dan anak keduanya bernama Asih berusia 5 tahun.

“Mas, mulai besok Tini dapat kerjaan, setiap dua hari sekali nyuci dan gojok baju di rumah ibu RT. Azam kan sekolah, sementara Asih bagaimana kalau pagi ikut mas dulu naik gerobak, dan siang bisa mas antar pulang” ujar istri Pak Udin.

“Bagaimana Asih, kamu mau tidak ikut bapak jalan-jalan naik gerobak, kita cari rongsokan?”

“Asih mau ikut Ayah. Asih juga bosan main di rumah terus”

“Baiklah kalau begitu”

Esok harinya, Asih begitu riang duduk di atas gerobak yang didorong Ayahnya. Asih juga senang menggunakan jilbab, selain makin terlihat cantik, juga melindungi kepalanya dari angin, sinar matahari, dan debu. Saat di perjalanan, pandangan Asih terfokus pada sebuah restoran makanan cepat saji.

“Ayah...” suara Asih memanggil.

“Iya Asih, ada apa?”

“Asih mau...”

“Asih mau apa?”

Asih terdiam, dia ragu-ragu untuk berkata.

“Asih mau pipis?”

Asih menggeleng kepala, ayahnya bertanya lagi. “Asih lapar?”

Asih mengangguk, Pak Udin lalu mengambil kotak bekal makanan yang sudah disiapkan istrinya. Tapi Asih menolak untuk makan pisang rebus, ubi goreng, dan singkong goreng yang ada di dalam kotak bekal tersebut.

“Katanya lapar, kenapa gak mau makan?”

“Asih mau itu?” ucap Asih sambil menunjuk banner bergambar ayam goreng yang terpasang di depan sebuah restoran.

“Itu apa?”

“Fried Chicken”

“Kok Asih sudah bisa baca?”

“Ih.. ayah ini. Asih tau itu, kan sering muncul iklannya di tv (televisi)”

“Tapi uang ayah belum cukup Asih untuk beli itu”

Muka Asih seketika cemberut.

“Sabar ya nak, ayah kumpulkan uang dulu. Ayah janji kalau uangnya sudah terkumpul, ayah akan belikan Fried Chicken untuk Asih dan kakak Azam”

“Janji?”

“Iya janji”

*

Satu bulan kemudian, Pak Udin sudah mengumpulkan uang untuk membeli Fried Chicken, ia ingin menepati janjinya kepada Asih. Istrinya juga mengetahui rencana itu, Tini mendukung Pak Udin membelikan Fried Chicken untuk Asih dan Azam.

“Sekali-sekali kita senangin anak ya pak. Lagi pula ibu sudah gajian dari upah nyuci gosok di rumah bu RT. Alhamdulillah, rezeki kita bertambah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga ini”

“Iya ibu terimakasih sudah membantu ayah mencari rezeki. Ayah dan Asih pamit pergi dulu ya, mau mencari barang rongsokan. Nanti kami pulang bawa Fried Chicken untuk makan siang bersama,”

“Asik...” sahut Azam.

Ayah dan Asih bersalaman dengan Ibu dan Azam.

“Assalamualaikum”

“Walaikumsalam”

*

“Asih, tunggu disini ya. Duduk di dalam gerobak saja, jangan kemana-mana” ujar Pak Udin.

“Hati-hati ayah”

Pak Udin berjalan kaki menyebrangi jalan raya, menuju restoran makanan cepat saji untuk membeli Fried Chicken. Asih duduk di dalam gerobak, pandangannya tidak terlepas dari pintu restoran, tidak sabar menunggu ayahnya keluar dari sana. Tidak lama, ayahnya keluar sambil membawa plastik berisi Fried Chicken. Sebelum menyebrangi jalan, Pak Udin melambaikan tangan ke arah Asih. Asih membalas lambaian tangan itu, sambil tersenyum riang, dan merasa sangat gembira melihat ayahnya membawa makanan yang sudah lama ia idam-idamkan. Namun, betapa terkejutnya Asih saat melihat ada sebuah mobil yang melaju kencang, lalu menyerempet tubuh ayahnya. Plastik berisi Fried Chicken itu terpental entah kemana, sementara Pak Udin jatuh tergeletak di aspal dengan tubuhnya yang terluka dan berdarah dibeberapa bagian. “Ayah...” Asih keluar dari gerobak, ia hanya bisa menangis dan berteriak histeris. Orang-orang di sekitar mengangkat tubuh ayahnya ke tepian jalan. Asih dituntun seseorang untuk menghampiri ayahnya. Ia langsung memeluk tubuh ayahnya, lalu menunggu hingga ambulans datang. (***)

Biodata Penulis

Citra Ayu Santhika, lahir di Bandar Lampung, 21 Juni 1993. Citra, begitu akrab disapa merupakan lulusan Politeknik Negeri Lampung. Penulis bisa dihubungi melalui email citra.ayusanthika@gmail.com, dan Instagram @citra.ayusanthika. Tidak perlu menjadi manusia yang terus hidup hingga tak bisa mati. Tapi buatlah karya yang bermakna, meski raga sudah tiada.

Generic placeholder image

DITULIS OLEH

Eureka Writer

Content Writer

Content Writter eurekabookhouse.co.id

New Entry